Diskusi Publik : Penyiapan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Kiri ke kanan : Pak Dharmasena (moderator), Pak Ade (Asosiasi Pertekstilan Indonesia), Pak Mujiyono (Kemenperin), Pak Muchammad Naseer (STTB), Bu Ratna (Dirjen IKM), Bu Nurlela (Biofarma), Prof Suhono (ITB), Pak Ronny (Pengamat Ekonomi)

Kemarin sore, 20 Agustus 2018 saya beserta teman-teman blogger JA berkesempatan hadir di acara Diskusi Publik dengan tema Penyiapan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di The Parlor, Bandung. Acara ini diselenggarakan oleh Kementrian Perindustrian Republik Indonesia bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB).

Banyak narasumber hebat yang hadir mewakili berbagai bidang yang berkaitan dengan industri. Narasumber tersebut diantaranya Kepala Pusdiklat Industri Kementrian, Drs. Mujiyono, M.M.Ratna Utarianingrum mewakili Dirjen IKM, Prof Dr. Suhono Harso Supangkat, M.Eng yang merupakan Guru Besar Institut Teknologi Bandung, Ibu N Nuralela Arief, MBA, MIPR sebagai Head Coprporate Communication Bio Farma, Ronny P Sasmita yang merupakan Direktur Eksekutif dan Pengamat Ekonomi dari EconAct  serta Bapak Ade Sudrajat dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia. Selain itu, peserta datang dari berbagai universitas di Bandung, beberapa perwakilan media online, cetak, radio serta komunitas Blogger.

Acara ini dibuka oleh Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, Bapak Muchammad Naseer, S.Kom.,M.T. 

Apa itu Revolusi Industri 4.0 ?
Industri terus mengalami perkembangan era, dari 1.0 sampai saat ini mencuat 4.0. Ciri-ciri dari revolusi industri ini adalah berkembangnya segala sesuatu yang bersifat internet IoT (Internet of Thinking), Big Data, Artificial Intellegent dan Robotik. Dalam industri tersebut, banyak pekerjaan manusia yang diganti dengan hal-hal tersebut. Ini sangat lazim terjadi di Industri makanan, farmasi atau otomotif yang membutuhkan tingkat kontaminasi manusia rendah, namun mencapai efisiensi hasil yang tinggi.

Elemen-elemen terkait Industri 4.0


Apa yang paling penting untuk mencapai Industri 4.0 ?
Revolusi industri ini menekankan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri 4.0 tersebut, akrab sekali dengan teknologi sehingga dalam penerapannya diperlukan SDM yang ahli mengendalikan segala teknologi yang ada. Ini tentu saja melibatkan peran sistem pendidikan di Indonesia sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar dan mempersiapkan SDM yang berkualitas.

Ada dimana posisi Indonesia ?
Pak Mujiyono memaparkan, berdasarkan riset yang telah dilakukan, Indonesia perlu mengejar 45 tahun ketertinggalan pendidikan dari negara-negara maju. Beliau menyebutkan perlu adanya reposisi sistem pendidikan untuk meningkatkan vokasi bukan hanya akadmik. Lembaga vokasi di Indonesia (SMK dan Politeknik) hanya 5%, sementara di China telah mencapai 59 %. Selama ini telah dilakukan Link and Match dan Dual System (belajar dan bekerja) antara perusahaan dengan SMK. Perusahaan diarahkan agar membimbung minimal 5 SMK, untuk kemudian menghasilkan SDM siap kerja. Ini dapat dilakukan dengan membangun fasilitas pendidikan di area industri, sehingga memudahkan siswa/mahasiswa untuk langsung praktek ke pabrik. Namun dalam penerapannya agar lebih komprehensif dibutuhkan koordinasi dari berbagai pihak, khususnya Kementrian Pendidikan untuk sama-sama menunjang hal lain seperti kualitas guru, peningkatan fasilitas dll. Beliau menyebutkan hal ini diharapkan akan dapat menarik banyak tenaga kerja dan menurunkan tingkat pengangguran.

Apa peran Perguruan Tinggi ?
Kampus berperan dalam inovasi, pencarian ide-ide terkait IoT, Big Data, kemudian melakukan percobaan-percobaan agar dapat diterapkan. Prof Suhono, sedang mempersiapkan pembuatan Maker Space, yang akan menjadi tempat penggabungan ilmu (transdisiplin) untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang ada. Maker space ini tidak hanya terjadi penyatian ide, namun juga sama-sama mengeksekusi ide tersebut.

Bidang apa yang prospektif ?
Beberapa bidang yang paling prospektif dalam mencapai industri 4.0 ini antara lain makanan, pakaian, kimia, elektronik serta otomotif. Hal ini dikarenakan sektor tersebut memberi pengaruh besar pada peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) serta menyerap banyak tenga kerja.

Perwakitan dari Dijen Industri Kecil Menengah (IKM), Bu Ratna memaparkan bahwa indutri kreatif terutama di bidang fashion, kerajinan dan animasi sedang mendapat perhatian lebih di masyarakat. Untuk itu timnya membentuk suatu wadah berbasis online untuk mempertemukan pelaku ikm yang membuat produk asli Indonesia dengan kostumer, bernama E-Smart IKM pada 2017 silam. Selain dengan pembeli, pemerintah menjadi penghubung antara desainer dengan pengrajin. Bagaimana desainer dapat meningkatkan kualitas pengrajin melalui pembimbingan branding yang baik. Pemerintah memberikan pendampingan pada para pelaku usaha untuk selain berproduksi, juga  dapat memantain  akunnya di Internet untuk meningkatkan penjualan.

Bisakan Indonesia mencapai target Industri 4.0?
Penerapan industri 4.0 di Indonesia ini membutuhkan beberapa penyesuaian. Tren mass production di Indonesia masih tergolong tinggi, sehingga masih dibutuhkan banyak tenaga kerja. Namun Pak Ronny menyebutkan, fakta yang mencengangkan, dari sekitar 128 jt angakatan kerja, hanya 62% memiliki pekerjaan, 7% freelance. Jumlah 62 % pekerja tersebut lebih banyak di sektor informal (berdiri sendiri). Sementara, sektor informal ini memberikan dampak yang besar pada perekonomian Indonesia. 

Berkitan dengan fashion, bidang tekstil juga ambil andil dalam revolusi Indutri. Pak Ade memaparkan bahwa dalam industrinya, masih dibutuhkan tenaga manusia. Dalam industry 4.0 ini, yang paling berbahaya adalah jika listrik untuk menyalakan mesin macet sedikit saja akan mempengaruhi produktivitas. Kegiatan produksi mati total. Sementara dengan adanya manusia, produksi tidak terlalu terpengaruh, apabila terjadi insiden semacam itu.

Jadi, sebetulnya masalah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi dan masuh perlu dibenahi. Apabila tiba-tiba pabrik membuat suatu sistem yang membutuhkan manusia dalam jumlah sedikit, pemerintah kembali perlu mempertimbangkan nasib manusia lain yang butuh pekerjaan. Apa peningkatan pengangguran tidak akan semakin tinggi ?
Jadi dalam penerapannya, perlu dilakukan segmentasi. Artinya ada beberapa sekor yang perlu dipertahankan dengan tenaga manusia yang banyak, ada yang perlu diganti dengan IoT atau robotik dan mencari solusi dari masalah pengangguran di Indonesia.

Skill apa yang perlu dipersiapkan ?
Untuk mencapai target Indonesia terkait menjadi 10 besar negara dengan peningkatan ekonomi terbaik tahun 2030, meningkatkan ekspor netto 10 %, meningkatkan produktivitas dan meningkatkan 2 % PDB, perlu dilakukan berbagai persiapan. Sebagai SDM, kemampuan generasi muda yang akan menunjang tercapainya industry 4.0 antara lain :
1.Coding

2.Data Analysis

3.Artificial Intellegent

4.Fleksibilitas

Nah, nomor 4 ini yang paling penting. Sebagai generasi muda kita harus fleksibel menyikapi segala perubahan yang ada. Tahun 2018 ni mencuat industri 4.0, 5 atau 10 tahun mendatang mungkin sudah 5.0. Kita perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan yang paling penting harus mau terus belajar hal baru. Akan banyak peluang pekerjaan baru di masa yang akan datang, tergantung seberapa cermat kita menanggapi perkembangan zaman. Harapannya semoga bagaimanapun perubahan yang terjadi, bisa menjadikan Indonesia semakin maju.

Bagaimana, kamu siap menyongsong Industri 4.0 ?
#DiskusiPublikIndustri
#MakingIndonesia 4.0
#Industri4
#Kemenperin
#STTBandung

Materi terkait diskusi publik bisa diunduh di : bit.ly/DiskusiPublikIndustri4

Komentar

  1. Ih keren ya envy bisa dateng ke acaranya huhuhu

    BalasHapus
  2. Nice share teh, karena jarang ada yang tahu tentang perkembangan revolusi industri ini. Kesimpulan nya, jika Indonesia ingin maju, masyarakat nya juga harus siap dan terus belajar agar bisa menyesuaikan dgn perkembangan zaman.

    BalasHapus
  3. keren banget, bermanfaat sekali kegiatannya.

    BalasHapus
  4. Even nya seru dan bermanfaat sekali... Good

    BalasHapus
  5. Eh aku dulu sekolah di SMK jurusan informatika tiap hari belajar coding dan jangar pisan. Pas kuliah nggak ambil jurusan itu lagi karena pusing, dan nggak taunya nanti di industry 4.0 sangat berguna sekali yaa :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangaar nya teeh, aku aja dateng ke seminarnya rada ngeroaming ckck iyaa teeh :)

      Hapus
  6. Eh ka, bedanya industri 1.0, 2.0, 3.0 sama 4.0 apaa ya? sama ini deh sektor2 yang fokus diarahkan untuk mulai implementasi industri 4.0 ini industri apa aja? karena so far aku kerja di perusahaan makanan masih banyak man power ketimbang machine power wekekek

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh panjang teh kalau dijelasin mhihi bedanya dari segi peran dan sudut pandang sih kebanyakan. Garis besarnya kalau indsutri 1.0 masih gimana menghasilkan produk, kalau 2.0 gimana mengasilkan produk lebih banyak dan distribusinya, 3.0 berkembang lagi... yang 4.0 menekankan kolaborasi berbagai pihak dan penekanan peggunaan IoT sama robot teh :) Kalau mau lebih jelasnya, di materinya lengkap baat hehe

      iya teh kl di Indo memang maish banyak yg harus dibenahi sebelum kesana. Di China sih yang industrinya udh maju parah, krna nggaji pegawainya katanya mahal, jd lbh bagus pake robot.

      Hapus
  7. waktu itu juga aku sempet nonton videonya agung hapsah yang bilang kalau Indonesia jauh tertinggal dalam segi pendidikannya, miris SDM yg berkualitas itu penting bgt

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup betul banget, pendidikan sebenernya jadi titik utama yang perlu dibenahi buat sampai ke 4.0

      Hapus
  8. Kereen acaranyaa. Aku sempet kepoin snap gram nya teteh ttg acara ini. kualitas SDM emang penting

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Salsa Hans Jebb Gel Skin Cleaner

Solusi Rambut Rontok dalam 14 Hari : Review Natur Hair Tonic Extract Gingseng & Aloe vera

Cerita Liburan ke Jogja