Rabu, 27 Mei 2020

2020, a new normal?

Memasuki pertengahan tahun 2020.
Apa kabar kawan ?

Beberapa mungkin tengah kebanjiran rezeki, sementara yang lain kesulitan hanya untuk sesuap nasi. Beberapa mendapat pekerjaan, sementara yang lain mungkin baru saja dirumahkan. Beberapa masih sehat dan menjalani WFH, beberapa harus menghadapi bahaya virus setiap hari. Ada yang sudah berencana menikah, namun harus diundur.

Memang masa depan tidak ada yang tahu, sampai awal tahun 2020 kita masih bisa melenggang bebas ke kota manpun kita mau, duduk-duduk di café favorit kita sambil menikmati kopi, atau bercengkrama dengan teman dan sahabat. Maret 2020, semuanya harus menjaga diri dan keluarga di rumah. 

Photo by : Brooke Calge (Unsplash)

Belum banyak yang kulalui tahun ini, namun beberapa adalah hal yang besar. Awal tahun 2020 masih berkutat dengan penyelesaian tesisku karena jadwal pendaftaran siding yang semakin dekat. Alhamdulillah dengan izin Allah, doa orang tua dan kebaikan hati dosen-dosenku akhirnya aku bisa menyelesaikan kuliah S2 ku, tanggal 14 Februari 2020. Euforia setelah siding tidaklah lama, aku harus kembali menyelesaiakan adminstrasi kampus dengan menyerahkan printout tesisku ke dosen pembimbing serta 2 perpustakaan di kampus. Tersisa tanggung jawab penyerahan berkas pada 1 perpustakaan lagi, kampusku memutuskan WFH bagi karyawannya. Tutup. Covid-19 datang.

Tibalah masa-masa karantina di rumah. Pembiasaan jaga jarak, penggunaan masker kemana-mana, juga hand sanitizer. Semua orang berlomba-lomba melindungi dirinya tanpa memikirkan orang lain. Masker dan hand sanitizer dijual dimanamana, tak jarang dengan harga yang selangit. Keluar rumah hanya untuk membeli makanan, kekhawatiran dan ketakutan semakin meningkatnya korban. Ketakutak ketika terlalu dekat dengan orang lain. Mungkin itulah yang dirasakan sebagian besar warga Indonesia maupun negara lain di dunia.

Pelajar bekerja dari rumah, karyawan Work from Home. Semua orang harus bersahabat dengan teknologi. Bapak ibu pengajar belajar cara menggunakan zoom, google classroom, google meet. Penjualan makanan online semakin meningkat. Seminar seminar online bertebaran. Hampir setiap hari para penggiat sosial media melakukan live Instagram. 

Para pekerja medis dan dokter yang tumbang satu persatu. Korban yang terus meningkat lambat tak kunjung memperlihatkan curva yang aman. Pemerintah dengan pernyataannya yang sering membingungkan. Undang-undang kontroverisl yang tiba-tiba disahkan. Influencer yang salah ngomong. Hilangnya empati. Masyarakat sudah mulai lelah, kemudian bertindak seenaknya. Beli baju lebaran lebih penting daripada kesehatan. Larangan mudik tapi moda transportasi disediakan. Dan segala kerancuan yang ada. 

Kemudian apa lagi? “New normal”

Apa perasaanmu ketika tau mall mall kembali akan dibuka, restoran beroprasi, sekolah dan kantor kembali berjalan? Pasti ada rasa senang, jangan bohong. Pasti kamu rindu kan makan eskrim di pinggir jalan? Atau mengunjungi restoran favoritmu. Main ke Guardian atau Watson mencoba tester lipstick terbaru. Bertemu teman sekolah dan kantormu kembali. Tentu senang rasanya.

Namun sadarkah kamu bahwa semuanya telah berbeda dan itu tidak normal. Ada bahaya tak-terlihat yang mengancam kalau kamu nongkrong bersama temanmu di cafe seperti biasa. Atau terlalu lama berkeliling di mall bersama ratusan orang lainnya, atau berkomunikasi terlalu dekat dengan teman kantormu.

Kita aasemua mengingingkan semua menjadi kembali normal, ekonomi harus berjalan. Namun, kita harus sadar bahwa kita harus tetap berhati-hati karena tanggung jawab akan kesehatan kita diserahkan pada pribadi kita masing-masing. 

Bukan, aku bukan melarangmu makan di restoran favorit setelah mall dibuka, itu hakmu. Namun tetaplah berhati-hati dan bijak dalam berlaku. Ketika harus kembali lagi bekerja dan sekolah, pakailah maskermu. Cuci tangan secara teratur, dan tetap menjaga jarak. Boleh kok kita beli kopi favorit, tapi jangan lama-lama di kerumunana ya.

Jangan seolah-oleh semua kembali ke kehidupan biasa, bedanya hanya kita pakai masker saja :”

Btw, banyak loh yang Covod-19 ajarkan pada kita :
Ia mengajarkan kita untuk lebih berempati pada keadaan orang lain dalam setiap tindakan kita. Entah itu tentang berbagi maupun diam di rumah karena ingin memutus rantai penularan covid-19
Ia mengajarkan kita untuk beradaptasi dengan keadaan baru, belajar hal baru
Ia mengajarkan kita untuk mencintai diri dan keluarga, lebih kenal pada diri sendiri dan keluarga.
Ia mengajarkan kita untuk menghargai waktu
Ia mengajarkan kita untuk bersyukur atas apa yang dimiliki
Ia mengajarkan kita untuk memprioritaskan sesuatu yang penting saja, dan meninggalkan yang tidak terlalu penting.

Semoga harimu tetap emenyenangkan. Kejar yang bisa kita kejar, raih yang ingin kita raih <3

Kamis, 14 Mei 2020

Akhirnya Naik Kereta ke Solo

Kondisi karantina kayak sekarang bikin aku makin sadar kalau kesempatan yang Allah kasih ke kita untuk berada di luar rumah, apalagi pergi ke tempat baru yang belum pernah kita kunjungi adalah sebuah pengalaman yang mahal harganya. Makanya ngerasa sayang banget kalau perjalananku akhir tahun 2019 kemarin gak diabadikan secara digital. 

Ceritanya ditengah segala kehectican penyelesaian tesisku, dosen pembimbing tetiba ngasih kesempatan buat ikut konferensi. Salah satu syarat lulus S2 yang kujalani adalah publikasi hasil penelitian pada jurnal ilmiah atau prosiding. Penelitianku yang ada di bawah naungan proyek dosen pembimbing membutaku menyerahkan sepenuhnya pada mereka penelitianku mau di publikasi kemana. Kemudian, beliau menawarkan untuk publikasi di International Conference on Biodiversity. Kebetulan seminarnya akan berlangsung 11-12 November 2019, di Surakarta aka Solo. Kegiatan publikasi ilmiah ini sebenarnya tidak harus datang konferensi, ada yang cukup kirim abstrak dan papernya saja. Namun, Alahamdulillah aku dikasih rezeki buat datang ke konferensinya dan melakukan presentasi (Oral Presentation), gratis dengan biaya ditanggung proyekan :D 

Singkat cerita, setelah mengirimkan abstrak, kemudian mengirimkan paper dengan sebelumnya direvisi oleh dosen-dosenku akhirnya tibalah waktunya aku ke Solo. Senengnya lagi, aku dapet partner namanya Iik. Aku dari juruan Ilmu Lingkungan, Iik dari Biologi tapi kita ada di proyekan yang sama jadi seneng banget ada temen ngobrol :D 

Acara berlangsung hari Senin 11 November 2019. Aku, Iik beserta tiga dosen kami berangkat menggunakan kereta pada minggu paginya. Jujur, aku se-seneng itu bisa naik kereta ke Solo. Senengnya karena aku suka naik kereta, tapi baru pernah naik kereta sekali Jakarta-Bandung yang cuma sekitar 4 jam. Sementara dari Bandung ke Solo memakan waktu 8 jam lebih. Kita berangkat sekitar jam 07.00 pagi gitu, sampai Solo sekitar jam 16.00. Aku menikmati sekali perjalanan di kereta. Ngeliat hamparan sawah luas, ngobrol ngalor ngidul sama Iik, ngemil tiada henti dan tidur. Sampe pantat panas ternyata ya saking lamanya :” tapi tetep seneng. hehe

Sampai Satasiun Balapan, Solo udara agak panas mulai kerasa. Dibanding Bandung, Solo agak lebih panas tapi masih enak banget. Dari stasiun kami naik Grabcar ke Alana Hotel, tempat kami menginap sekaligus tempat konferensi berlangsung. Aku anaknya gak berharap banyak, eh ternyata dikasih kamar hotel yang super nyaman, udah masuk mewah sih :” Setauku, harga per malam di Alana Hotel tuh sekitar 500-600k. Aku dan iik satu kamar, kamar double bed gitu. Lupa di lantai berapa, cukup tinggi dan yang paling bikin suka tuh kamar mandinya coy, transparan haha Maap udik karena sebelumnya aku blm pernah nginep di hotel yang kamar mandinya transparan. Pokonya keliatan deh kualitas hotelnya, cyuco hehe

Alanan Hotel yang Luxury <3

Kami sampai hotel sudah sekitar jam 17.00, udah mau magrib. Sesampainya di kamar hotel, aku dan Iik bersih-bersih terus nge Gofood makanan. Lupa nama RM nya apa, gak jauh kok dari Alana. Sumpah makanannya enak dan muraah :” pen nangis. Aku pesen nasi pake soto ayam (Rp.8500), tempe gongso (Rp.7000), sama es teh susu (Rp.4000), gak sampe Rp. 20.000 deh. Bumbunya kerasa banget rempahnya, cabenya, porsinya juga buat aku pas banget. Jatuh cinta banget dah pokoknya Soalnya kalau di Bandung rasa bumbunya banyak kerasa micin gitu loh :"

Setelah makan, kita memutuskan jalan-jalan malem di Kota Solo karena besok malem kita udah harus balik lagi ke Bandung cuy, begitu singkat. Malam itu kita jalan-jalan di pasar malem sekitar Keraton Kasunanan. Waktu itu kami nyobain berapa jajanan di sana. Aku beli tahu petis, sate cumi sama beli gantungan-gantungan. Hal yang kemudian aku sesali adalah ga beli oleh-oleh makanan pas disini karena kita udah rencanain besok malemnya bakal cari oleh-oleh yang ternyata tidak sempat wkwk 
Jadi, pelajaran pertama kalau lagi jalan-jalan apalagi yang jalan-jalannya ala-ala gini (karena tujuan utamanya presentasi), belilah oleh-oleh ketika nemu tempat oleh-oleh jangan ditunda-tunda. Kata mamang Grab disana, rata-rata tempat oleh-oleh udah tutup kalau malem sementara kita cuma free pas malem doang haha Yasudahlah yaa…

Abis itu kita jalan ke sekitara Pasar Klewer yang tentunya sudah tutup, lanjut nongki-nongki cantik di Galabo. Iik beli sate buntel di sana. Fail karena doi gatau kalau itu daging kambing, sementara dia gak suka daging kambing. Aku udah super kenyang jadinya gak beli makan apa-apa tahu petis aja belum abis. Gak sempet tuh nyobain Serabi Solo, Selat Solo, Es dawet dan lain lain lah :” Sekitar jam 21.30 mulai hujan, kita balik ke hotel. Sampai di hotel istirahat, siapin buat presentasi besok terus bobo.


Keesokan harinya kita sarapan dan makan sinag di hotel. Mengikuti serengkaian acara sampai siang. Aku dan IIk presentasi kebetulan di ruangan berbeda. Iik di ballroom utama, aku di ruangan yang lebih kecil. Jadwal tampilku lebih dulu, jadi setelah presentasi aku kembali lagi ke ballroom. Jujur ini pengalaman presentasi ilmiah pertamaku, in English pula. Waktu S1 udah sempet mau presentasi juga cuma gagal karena satu dan lain hal. Alhamdulillah presentasiku lancar, dan gak nyangkanya dapet 2nd Winner of Oral Presenter. Again, I didn’t expect anything tapi alhamdulillah banget :”””

 
Mungkin gitu ya rezeki tuh Allah kasih pas kita gak ngarep apa-apa.
 
Soalnya peserta saat itu tuh kebanyakan bapak ibu dosen atau para peneliti yang pengalamannya udah sekian tahun lah. Mahasiswanya dikit. Sepertinya memang dikasih ke mahasiswa, kalau kata orang sunda mah ngabubungah alias sebagai tanda penyemangat hehe
Acara selesai sore harinya. Sebenarnya keesokan harinya masih ada acara trip keliling Solo, tapi rombongan kami gak ikut. Langsung packing dan siap-siap pulang lagi deh.
 
Setelah solat magrib dan Isya, aku dan Iik nyempetin makan malem dulu di Café Tiga Tjeret. Oiya, kami pisah rombongan sama dosen karena kereta beliau pukul 21.00, sementara kami pesan yang pukul 23.00. Kami makan malem nasi liwet di kafe. Namanya juga kafe ya gais, harga juga harga kafe. Sistem prasmanannya bikin kita bisa kalap tuh pas belanja. Aku cuma makan pake nasi kikil, sambel, tahu, sate usus, sate kerang, bayar 30 rebu lebih. IIk dengan kalapnya ngambil ini itu bayar sampe 50 rebu lebih wkwk Yah beginilah namanya turis yak kan, gatau tempat murah :D 


 Cafe Tiga Tjeret nih gais :)
 
Sekitar jam setengah 10 kami baru menuju stasiun sempet jajan ciki dulu di stasiun ya buat ngemil ngemil kalau gabisa bobo. Nah, cerita naik kereta pulang tuh cukup berkesan sih buatku. Jadi waktu pergi, kami pesan tiket ke Solo itu harganya sekitar 180 ribuan, aku yang pesan. Nah, pas kereta pulang Iik pesan kereta malam tapi harganya cuma 90 ribuan. Aku pikir wajar kan kereta malam jadi lebih murah, ga ada curiga sama skeali. Soalnya pas pergi kita pake kereta Lodaya, walaupun ekonomi tapi kursinya udah kayak kelas bisnis udah nyaman banget deh. Ternyata gais, di kereta pulang itu waktu masuk, buset baunyaaaa.. ga tahan untung kita bawa masker. Langsung auto masker ga dibuka speanjang jalan :” Tenryata itu kelas ekonomi yang beneran ekonomi :” duduknya hadap hadapan sama stranger wkwk

Dan kami berdua duduk hadapan sama cowok-cowok. Depan iik keliatan udah bapak-bapak, depanku masih muda. Perasaanku nyampur banget antara ngakak, karena kita polos banget ga ada curiga sama sekali sama harga tiket yang murah tapi ya mau kesel juga gimana lagi, kita kudu balik ke Bandung kan? Jadi kita nikmati saja perjalanan ini. Aku awalanya gak nyaman banget sampe tasku ku pangku gitu, karena lantainya bau pesing :” Malam tuh berjalan lamaaaaa banget asli, kok kayak ga nyampe nyamape hahaha Untung 2 orang laki-kali di depanku gak ada gerak-gerik aneh apapun semalaman wkwk Malam itu aku susah tidur banget, sempet ketiduran cuma sejam atau 2 jam. Ngemil? ohoho mana ada, paling banter minum doang. Akhirnya kita sampai di stasiun Kiaracondong jam 7 pagi. Kemudian pulang ke rumah masing-masing.

Huaaaah.. sungguh perjalanan singkat yang berkesan. Jujur masih pengen balik lagi ke Solo. Pengen eksplor makanannya, beli batik, foto-foto di keraton atau museum. Aku personally sangat nyaman ada di kota-kota di Jawa Tengah. Pernah Jogja, Jepara, Solo, semuanya bersih, gak terlalu rame (kecuali Jogja ya), orangnya ramah-ramah, pokoknya enak kalau jadi tempat tinggal :”)

Selanjutnya aku bakal cerita perjalanan tak terduga, ikut konferensi lagi ke Lombok 😊
Terima kasih sudah membaca:)