Jumat, 30 November 2018

Sehat Bersosial Media, Bisakah ?


Kalau bicara tentang media sosial akan selalu menarik. Dari sekian banyak medsos yang ada, setiap orang punya preferensi masing-masing. Punya platform favorit tempat mereka menghabisakan sebagian besar waktu untuk cari hiburan, cuci mata, cari sensasi, aktualisasi diri sampai cari informasi. Ini juga dipengaruhi oleh umur dan pastinya lingkungan.
Kaum bapak ibu pasti lebih suka berselancar di Facebook, membagikan foto-foto mereka sebundel-sebundel. Kalau kaum remaja sampai umur 30-an mungkin lebih senang di Instagram. Membagikan foto meereka satu per satu, update kegiatan harian di instastory, cari tutorial makeup, dressup, shopping, memanjakan mata dengan warna dan kombinasi foto-foto yang ada. Ada juga yang masih sennag sesekali buka twitter, curhat kecil-kecilan sampai ngomongin politik.

Ada gak sih pengaruh media sosia pada mental?
Medsos dirancang seperti narkoba, addictive. Ketika kita posting sesuatu, mendapat like dan comment dari banyak orang, ini tentu akan menimbulkan perasaan bahagia. Perasaan tersebut menuntut kita untuk melakukan hal yang sama, terus menerus. Ketika ekspektasi kita tidak tercapai, tentu ini akan menjadi beban dan menimbulkan kekecewaan. Jadi inget baru-baru ini Awkarin sang selebgram sejatih saja memutuskan buat pensiun. Walaupun sebenarnya dia tetep masih posting juga, hanya gak segila sebelumnya.

Medsos menurutku menawarkan suatu wadah yang memungkinkan kita untuk “telanjang” secara kepribadian terutama. Sangat mudah untuk menilai seseorang dari apa yang ia bagikan di akun media sosialnya. Yang tidak begitu dekat, yang tidak kenal sekalipun pun akan tahu hidup kita kalau kita memang membukanya.
Pernahkah terpikir seperti itu?
Sepertinya banyak dari kita yang merasa hepi-hepi aja membagikan sesuatu yang menurut kita menarik, padahal mungkin ada orang di tempat lain, mungkin teman kita juga yang akan terluka. Simpelnya seperti ini, ketika baru lulus kuliah dan belum punya kegiatan yang jelas, aku merasakan itu. Ketika berselancar di medsos dan melihat teman-teman lain update di kantor barunya, pake location. Rasanya pen nyanyi…


Kesimpulannya adalah sosmed  bukan tempat untuk menghibur diri apalagi merefresh otak, no no no. Medsos itu keras dan kudu siap mental. Oke.. semua memang balik lagi ke mindset kita, bagaimana kita menilai platform itu sendiri. Kalau kita aktif komen sana sini, jalin silaturahim, ikut komunitas, punya teman baru tentu hal yang bagus. Namun, kalau kondisinya kita selalu merasa kurang dari orang lain, sementara sosmed menyodorkan apa yang orang lain miliki, jadi silent kepo-ers, tentu matilah awak. 

Setelah merasakan hal itu, aku pribadi bertekad untuk gak mau curhat di medsos, Nope! Aku juga sadar kalau sebelumnya mungkin pernah curhat entah itu tentang kesenangan dan kesedihan, yang mungkin saja membuat orang lain entah siapa menjadi tidak nyaman.Walau terkadang curhat di medsos memang sedikit meredakan sih, tapi ya harus tahu platform juga, kudu tahan-tahan. Seperti yang kubilang, pergilah ke twitter dan bercurhat rialah tanpa beban. Jangan curhat di instastory atau di wa, yang malah bikin orang bilang “naon atuuuh”, apalagi kalau udah masalah pribadi banget, masalah keuangan, tentang kekurangan orang lain, kode-kodean supaya dibaca yha.. kurang-kuranginlah.

Netizen semakin hari semakin cerdas. Setiap kita sebagai pemilik akun juga harus ikut cerdas, supaya tetap bisa bersosial media tapi mental kita tetap sehat dan gak merugikan orang lain. Mungkin tips ini bisa dicoba:

1. Batasi penggunaan social media
Pernah dengar Social Media Diet ? Bule-bule di belahan dunia sana lagi seneng banget melakukan challenge ini, banyak diataranya yang merasakan efek positif. Lebih produktif, lebih segar secara pikiran, punya banyak waktu untuk bersosialisasi sacara nyata. Jadi memang pengggunaannya perlu kita batasi, dua jam sehari atau hanya malam saja, yaa atur-atur lah sesuai aktivitas kita kalau memang kita gak kuat buat diet sampai sebulan.

2. Punya mindset sosial media milik semua orang
Aku selalu suka kata-katanya Raditya Dika, dia bilang,
“Bayangkan kalau “ini dilihat oleh kelurga ada orang tua, anak kecil juga kakek nenek. Masih pantaskah?”
Nyatanya saat bersosial media kita merasa sendirian, bebas membagikan apapun yang kita inginkan. Kalau kita ketemu sama teman lama, lalu di bahas tentang apa yang kita bagikan di sosmed kita baru sadar “Oiya, apa yang gue lakukan ke-noticed orang loh”. Baru kita sadar kita membagikannya pada khalayak ramai. Jadi, mari lebih bijaksanalah membagikan sesuatu. Bagikan hanya hal-hal yang memang orang lain bisa mengambil pelajaran darinya, atau memang menghibur. Have a nice day !

Minggu, 25 November 2018

Mengenal Diri Sendiri

Foto ini diambil di Desa Karangwangi, Cianjur 2016. Tempat penelitian skripsiku :)
Ada momen dimana kita merasa hampa, melakukan hal seperti biasa setiap harinya, no excitement. Adapula yang malah punya hari-hari yang berwarna, pergi ke tempat berbeda setiap harinya, bertemu orang-orang baru, dapat pengalaman baru namun tetap merasa “biasa saja”. Kalau lagi merasa seperti ini, tandanya kita sedang jauh dengan diri kita sendiri. Bukan hanya orang lain yang perlu diajak berkomuniaksi, jiwa kita pun perlu. Dengan berkomunikasi dengan diri sendiri, kita makin tahu apa yang dibutuhkan dan lebih mengenal diri sendiri. Ada sinyal-sinyal yang datang dan dengan mendengarkan diri ini, kita tahu apa yang harus dilakukan untuk menanggapi sinyal tersebut.

Dalam rangka mengenal diri sendiri, aku biasanya perlu menuliskan perubahan apa saja yang dilewati baik positif dan negatif misalnya dalam waktu setahun, resolusi apa yang sudah tercapai, mana yang belum dan bagaimana langkah yang harus kita ambil agar tetap stay on track. Dari tulisan tersebut kita juga bisa tahu ternyata setiap insan punya keunikan masing-masing, termasuk diri kita sendiri. Ini akan membuat kita semakin bersyukur sambil meningkatkan percaya diri. Ini adalah lima fakta tentang diriku yang ingin kubagi :

  • Pecinta Kucing

Menurutku binatang paling lucu di dunia adalah kucing, udah gak ada bandingannya. Sudah sejak kelas 5 SD pelihara kucing, ada yang udah sampai punya cucu pula, pokoknya sudah berganti-ganti generasi. Seluruh kucing yang pernah dan sedang pelihara sampai saat ini adalah ras lokal. Biasanya kucing temuan di jalan, yang ngeong-ngeong minta makan, dibawa ke rumah akhirnya betah dan beranak pinak. Rekor terbanyak jumah kucing yang pernah dipelihara sekitar 14 ekor dalam satu waktu. Saat itu pula populasinya langsung menurun drastis karena harus dipindahkan ke rumah saudara atau dilepas ke pasar, saking banyaknya dan saking sudah terlalu seringnya mama protes tentang kucing. Kucingku sekarang 2 ekor, dua—duanya warnanya hitam dan jantan, demi menghindari ledakan populasi. Jadi ya begitulah, hari-hariku penuh dengan polah tingkah mereka. Kucing buatku bukan sekedar bola bulu yang bergerak, mereka pendengar yang baik dan peka dengan perasaan kita.

  • Hobi Ngepel

Memang agak aneh, tapi ya kuakui salah satu hobiku adalah ngepel. Kegiatan ini menurutku menyegarkan otak karena membuat sesuatu menjadi bersih. Mungkin juga kulit telapak kaki ini agak sensitif, jadi kerasa aja mana lantai yang perlu dipel mana yang belum. Lantai yang disapu saja menurutku belum cukup, apalagi kalau ada bekas bekas cipratan minyak habis masak, wooh udah paling gatel. Uniknya, hobi ini gak kenal waktu, walau jam 10 malam sekalipun kalau lantainya menurutku harus dipel, yang tetap dipel. Kalau rumah masih berantakan, lantai gak kondusif susah buatku untuk mengerjakan tugas lain seperti nulis atau ngerjain tugas kuliah. Jadi, ngepel dulu, tenang kemudian hihi

  • Suka pedes, tapi gak kuat pedes

Mengalirnya darah Minang di tubuh ini membuatnya memang sangat familiar degan sesuatu yang pedas. Walaupun sesungguhnya pedasnya orang Minang jauh beda dengan pedasnya tatar Sunda, tempat daku lahir dan dibesarkan. Minang itu pedasnya, cabe keriting kalau Sunda pedasnya cengek alias cabe rawit. Aku gak bisa gak makan kalau tak ada sentuhan cabainya, walau sekedar cabe gendot, saos, atau pedas merica. Namun, juga gak kuat kalau pedasnya keterlaluan. Kalau beli makanan yang ditambahakan sambal, saya selalu minta “pedasnya sedang aja yaa”.

  • Not really fan of something

Kusering merasa iri kalau orang lain punya seorang idola, yang dia hafal tanggal lahirnya, silsilah keluarganya, sampai perintilan fakta terdalam tentang idolanya tersebut. Kalau boleh dibilang aku gak pernah punya idola sebegitunya. Kalaupun misalnya suka sama seorang tokoh, ya cuma sekedarnya saja. Suka karena suatu aspek misalnya suaranya bagus, laginya enak didengar, tulisannya nyaman dibaca, karyanya menarik, atau jasanya sangat berpengaruh, sudah sampai situ saja. Apa ada teman-teman yang juga sama denganku ?

  • Mudah Terdistraksi

Ini salah satu penyakit yang kupunya, mudah terdistraksi. Terutama kalau lagi ngerjain sesuatu di depan laptop, paling susah buat menahan gak ngecek handphone. Hal-hal yang ada di handphone ini yang kadang membuatku malah mengesampingkan apa yang sedang dikerjakan di laptop. Terkadang masih sulit buatku untuk mengontrol diri, tapi beberapa upaya terus dilakukan. Ketika sedang mengerjakan sesuatu di laptop, untuk memfokuskan diri biasanya aplikasi Spotify kunyalakan. Jadi, cukuplah musik yang mendistraksiku, tak perlu yang lain. 

Tulisan ini dalam rangka ikut BPN 30 Days Blog Chaellenge hari ke-6, 5 Fakta tentang Diri Sendiri. Terima kasih buat BP Network, para blogger jadi punya ide mau isi tulisan apa. Kuy ikutan juga :)

Minggu, 18 November 2018

Morning Skincare Routine untuk Kulit Kering Sensitif


Bicara tentang skincare memang gak ada habisnya. Setelah bikin polling mini di instastory ternyata lebih banyak wanita yang gemes sama skincare terbaru daripada makeup lho. Alasannya, tentu karena menurut mereka merawat kulit asli lebih penting daripada melapisi dengan kulit baru alias makeup. Berlomba lombalah para wanita mendapatkan kulit yang cerah, mulus dan sehat. 

Setiap orang juga pasti punya perjalanannya masing-masing untuk memperbaiki kondisi kulit wajahnyanya. Terutama untuk teman-teman yang punya masalah kulit cukup kompleks seperti jerawat, bruntusan, berminyak, juga sensitif. Kondisi kulitku sendiri termasuk kombinasi, tapi lebih banyak kering, berminyak hanya di area T, juga cukup sensitif terutama sama bahan-bahan yang punya pH asam tinggi.

Untuk itu dalam memilih skincare, aku sangat hati-hati sama komposisinya. Aku paling suka produk yang bikin wajahku lembab, wanginya sedikit kalaupun ada wangi yang menenangkan. Produk dengan komposisi utama air atau glycerine itu favoritku, juga aku menghindari kandungan alkohol.

Lokal atau impor?
Kalau ngobrolin masalah lokal atau impor sejujurnya aku lebih prefer produk lokal. Selain tentunya harganya terjangkau buat kantong mahasiswa sekaligus freelancer macem aku ini, jejak karbon yang dihasilkan pun lebih rendah. Kebayang kalau pakai produk impor, berapa energi yang harus dipakai buat ngirimnya dari negeri seberang sana ke Indonesia. Lalu menurutku pilihan produk yang kita beli bagusnya disesuaiakan sama budget, jangan sampai biaya skincare lebih mahal dari biaya makan ckckc  Terus kalau aku pribadi entah kenapa belum tertarik ngeluarin budget terlalu besar buat skincare, ya sebutuhnya aja yang penting cocok. Itu pendapatku pribadi loh yaa :) Tiap orang beda-beda, ada yang mungkin mau keluar budget besar buat perawatan itu sah-sah aja. Aku juga percaya akan lebih baik kalau kita pakai produk di wajah atau di tubuh semakin sedikit, karena bagaimanapun semua produk itu zat kimia yang cepat atau lambat akan memberi dampak pada kulit.

Naahh, sekarang aku akan cerita produk apa aja yang aku pakai di pagi hari alias morning skincare routine khusus untuk kulit kering sensitif ,

Raiku Cleansing Cream

Ini salah satu produk lokal baru yang lagi aku pakai. Susu pembersih ini punya tekstur yang lebih kental dari produk lain yang biasanya lebih berair. Setelah dipakai, prduk ini bikin wajah jadi adem. Cukup efektif untuk menghapus makeup waterproof juga, walaupun butuh berkali kali diusap. Produk ini mengandung chamomile extract dan vitamin e yang akan membuat wajah lembab dan cerah. Selain itu dari segi bau, raiku cukup lembut malah cenderung gak berbau. Ini bikin sensasi bersih dan sehat di kulit.
Harga : Rp.48.000 (60g)

Wardah Lightening Gentle Wash

Kalau boleh dibilang ini produk telah merubah hidupku, aseeek. Waktu jaman puber, pertama kali cuci muka, aku pakai produk Mustika Puteri (anaknya Mustika Ratu). Produknya itu berscrub dan sehabis cuci muka wajahku selalu merah-merah. Tapi pada masa itu aku terus melanjutkan pemakaian. Lalu berpindah ke Ponds yang pink, yang biru, kerasa banget muka kenceng abis cuci muka. Waktu itu aku juga belum terlalu peduli untuk bener-bener nyari sabun cuci muka apa yang cocok buatku. Baru pas tahun ketiga kuliah, sekitar tahun 2015 aku nemu produk ini. Saat itu wardah lagi hits banget.

Sebelum beli produknya aku baca review banyak banget beauty blogger dan bilang produk ini bagus, bikin wajah lembab. Nah, akhirnya aku memutuskan buat beli dan pakai. Disitulah aku baru paham kalau muka aku ini tipe yang kering. Jadi bukan salah produk-produk yang aku pakai sih, memang gak cocok aja dengan kondisi kulitku yang gak bisa kena sabun. Setelah coba, aku beneran suka, kayak baru cuci muka pertama kali seumur hidup ckck sekatrok itu. 

Produk ini mengandung Lichorice, Vitamin B3, dan Double Lightening Active yang juga bisa mencerahkan wajah, plus itu tadi ga ada busanya. Produk ini juga mengandung pH balance jadi aman banget buat semua jenis kulit. Sejak saat itu aku mulai rajin cuci muka 2 kali sehari dan memang kondisi wajahku berubah signifikan dari segi kecerahan dan kelembabannya. No kucel kucel lagi :)
Harga : Rp.15.000 (60g)

Wardah Lightening Day Cream 

Produk ini juga semakin merubah hidupku, lagi-lagi Wardah. Lightening Day Cream ini menurutku canggih dan mengerti aku banget. Canggih karena sudah ada SPF 30 PA+++ jadi aku gak perlu pakai sunblock lagi, lebih simpel. Kadar SPF ini menurutku cukup tinggi untuk sebuah krim yang begitu ringan dipakai. Dua bulan setelah pemakaian di tahun 2015, wajahku semakin cerah karena mengandung Moistbright Active. Mungkin juga karena dia bekerja sama dengan Wardah Gentle Wash-nya di kulitku, jadi selaras dan kerjanya lebih optimal. Produk ini mencerahkan wajah pelan-pelan tapi permanen jadi sejak saat itu terus lanjutin  dan udah gak ada alasan buat ganti sih hihi
Harga : Rp.40.000 (30g)

Ya begitulah, skicare itu seperti jodoh, cocok cocokan hihi
Maaf teman-teman aku skip toner karena pertama suka males pakenya, kedua sedang dalam pencarian toner yang cocok. Kalau udah dapet aku update di postingan berbeda, atau teman –teman punya rekomendasi toner buat kulit kering sensitif ? Let me know yaa :)

Tulisan ini adalah kolaborasiku bersama teman teman Bandung Hijab Blogger . Boleh intip tulisannya Teh Dea , tentang produk skincare yang dia pakai supaya lebih banyak pilihan.
Have a nice day !


Selasa, 13 November 2018

Review Inez Eye Shadow By Ivan Gunawan Midnight Series 01


Dari sekian banyak perintilan makeup yang ada, aku paling gak bisa pakai eye shadow. Pertama, karena kelopak mata aku yang lipetannya banyak jadi suka ngerasa kurang cocok aja gitu pake eye shadow. Kedua, karena aku lebih suka pakai eyeliner sehari-hari. Ketiga, karena pakai kacamata jadi kadang suka ngerasa, kayaknya gak bakal terlalu kelihatan juga deh. Namun, di momen tertentu seperti undangan pernikahan kupingin juga tampil agak beda, jadi mulailah coba-coba pakai eye shadow.
Ada beberapa merk yang aku coba, banyak  yang kurang kelihatan padahal dari segi harga lumayan juga, ratusan ribu. Mungkin karena memang karakter brandnya yang kalem, jadi eyeshadownya ikutan kalem juga alias ga keluar warnanya. Hehe 
Banyak juga yang dicoba dan mantep hasilnya, warnanya jreng-jreng bikin tampilan jadi cetar. Salah satunya brand ini nih, Inez  By Ivan Gunawan. Ini salah satu per-makeup-an yang hits di awal tahun 2018 ini. Jadi, yang kupunya ini nomor 01 Midnight Series. Satu palet ini terdiri dari empat warna. Packagingnya elegan dan kokoh banget, warna hitam dengan sentuhan gold bertuliskan Ivan Gunawan di bagian depannya. Setelah dibuka ada pinggiran emasnya pula plus kaca yang bening.

Dua warna matte dan dua warna ada shimernya. Warna mattenya terdiri dari cokelat tua dan biru kehitaman. Ada pula warna tembaga dan kekuningan yang ber-shimmer alias bling-bling. Warnanya cantik banget, cocok buat acara malam. Bisa dipakai untuk look yang bling-bling atau smokey eyes. Saat dipakai teksturnya juga creamy dan mudah dibaur. Untuk pengaplikasian eye shadow biasanya aku lebih suka pakai jari, karena hasilnya akan semakin timbul.


Kalau di- swatch ke tangan hasilnya begini
Kerennya lagi wana shimmer kekuningannya bisa dipakai buat highlighter. Yang lain udah ribut-ribut highlighter, aku baru cinta sekarang itu pun pake palet ini. Apalagi buat teman-teman yang kulitnya yellow undertone. Hasilnya jadi keren banget. Kemudian aku pun jadi obsess pengen pake highlighter mulu. Nah, karena multifungsi eye shadow sekaligus highlighter, kita bisa hemat budget. Itu yang terpenting bagi kaum hawa yaa hihi


Ini make up look ku pakai eye shadow Inez yang kekuningan, dan sedikit warna tembaga utuk dibagian ujungnya aja. Bikin bling bling di bagian mata dan sekaligus jadi highlighter di bagian pipi hidung dan atas bibir, bikin looknya jadi seger-seger gimanaa gitu.
Selain itu menurutku palet Inez ini isinya cukup banyak. Ini pun entah akan habis dalam berapa lama, setahun, dua tahun? Soalnya cuma dipakai kalau ada undangan nikahan aja. 

Gimana gaiz, tertarik mau coba?

Harga : Rp. 150.000
Where to Buy : Di toko kosmetik terdekat, Borma, atau online
More info :
https://inez.co.id/
Instagram @inezcosmetics