2020, a new normal?

Memasuki pertengahan tahun 2020.
Apa kabar kawan ?

Beberapa mungkin tengah kebanjiran rezeki, sementara yang lain kesulitan hanya untuk sesuap nasi. Beberapa mendapat pekerjaan, sementara yang lain mungkin baru saja dirumahkan. Beberapa masih sehat dan menjalani WFH, beberapa harus menghadapi bahaya virus setiap hari. Ada yang sudah berencana menikah, namun harus diundur.

Memang masa depan tidak ada yang tahu, sampai awal tahun 2020 kita masih bisa melenggang bebas ke kota manpun kita mau, duduk-duduk di cafĂ© favorit kita sambil menikmati kopi, atau bercengkrama dengan teman dan sahabat. Maret 2020, semuanya harus menjaga diri dan keluarga di rumah. 

Photo by : Brooke Calge (Unsplash)

Belum banyak yang kulalui tahun ini, namun beberapa adalah hal yang besar. Awal tahun 2020 masih berkutat dengan penyelesaian tesisku karena jadwal pendaftaran siding yang semakin dekat. Alhamdulillah dengan izin Allah, doa orang tua dan kebaikan hati dosen-dosenku akhirnya aku bisa menyelesaikan kuliah S2 ku, tanggal 14 Februari 2020. Euforia setelah siding tidaklah lama, aku harus kembali menyelesaiakan adminstrasi kampus dengan menyerahkan printout tesisku ke dosen pembimbing serta 2 perpustakaan di kampus. Tersisa tanggung jawab penyerahan berkas pada 1 perpustakaan lagi, kampusku memutuskan WFH bagi karyawannya. Tutup. Covid-19 datang.

Tibalah masa-masa karantina di rumah. Pembiasaan jaga jarak, penggunaan masker kemana-mana, juga hand sanitizer. Semua orang berlomba-lomba melindungi dirinya tanpa memikirkan orang lain. Masker dan hand sanitizer dijual dimanamana, tak jarang dengan harga yang selangit. Keluar rumah hanya untuk membeli makanan, kekhawatiran dan ketakutan semakin meningkatnya korban. Ketakutak ketika terlalu dekat dengan orang lain. Mungkin itulah yang dirasakan sebagian besar warga Indonesia maupun negara lain di dunia.

Pelajar bekerja dari rumah, karyawan Work from Home. Semua orang harus bersahabat dengan teknologi. Bapak ibu pengajar belajar cara menggunakan zoom, google classroom, google meet. Penjualan makanan online semakin meningkat. Seminar seminar online bertebaran. Hampir setiap hari para penggiat sosial media melakukan live Instagram. 

Para pekerja medis dan dokter yang tumbang satu persatu. Korban yang terus meningkat lambat tak kunjung memperlihatkan curva yang aman. Pemerintah dengan pernyataannya yang sering membingungkan. Undang-undang kontroverisl yang tiba-tiba disahkan. Influencer yang salah ngomong. Hilangnya empati. Masyarakat sudah mulai lelah, kemudian bertindak seenaknya. Beli baju lebaran lebih penting daripada kesehatan. Larangan mudik tapi moda transportasi disediakan. Dan segala kerancuan yang ada. 

Kemudian apa lagi? “New normal”

Apa perasaanmu ketika tau mall mall kembali akan dibuka, restoran beroprasi, sekolah dan kantor kembali berjalan? Pasti ada rasa senang, jangan bohong. Pasti kamu rindu kan makan eskrim di pinggir jalan? Atau mengunjungi restoran favoritmu. Main ke Guardian atau Watson mencoba tester lipstick terbaru. Bertemu teman sekolah dan kantormu kembali. Tentu senang rasanya.

Namun sadarkah kamu bahwa semuanya telah berbeda dan itu tidak normal. Ada bahaya tak-terlihat yang mengancam kalau kamu nongkrong bersama temanmu di cafe seperti biasa. Atau terlalu lama berkeliling di mall bersama ratusan orang lainnya, atau berkomunikasi terlalu dekat dengan teman kantormu.

Kita aasemua mengingingkan semua menjadi kembali normal, ekonomi harus berjalan. Namun, kita harus sadar bahwa kita harus tetap berhati-hati karena tanggung jawab akan kesehatan kita diserahkan pada pribadi kita masing-masing. 

Bukan, aku bukan melarangmu makan di restoran favorit setelah mall dibuka, itu hakmu. Namun tetaplah berhati-hati dan bijak dalam berlaku. Ketika harus kembali lagi bekerja dan sekolah, pakailah maskermu. Cuci tangan secara teratur, dan tetap menjaga jarak. Boleh kok kita beli kopi favorit, tapi jangan lama-lama di kerumunana ya.

Jangan seolah-oleh semua kembali ke kehidupan biasa, bedanya hanya kita pakai masker saja :”

Btw, banyak loh yang Covod-19 ajarkan pada kita :
Ia mengajarkan kita untuk lebih berempati pada keadaan orang lain dalam setiap tindakan kita. Entah itu tentang berbagi maupun diam di rumah karena ingin memutus rantai penularan covid-19
Ia mengajarkan kita untuk beradaptasi dengan keadaan baru, belajar hal baru
Ia mengajarkan kita untuk mencintai diri dan keluarga, lebih kenal pada diri sendiri dan keluarga.
Ia mengajarkan kita untuk menghargai waktu
Ia mengajarkan kita untuk bersyukur atas apa yang dimiliki
Ia mengajarkan kita untuk memprioritaskan sesuatu yang penting saja, dan meninggalkan yang tidak terlalu penting.

Semoga harimu tetap emenyenangkan. Kejar yang bisa kita kejar, raih yang ingin kita raih <3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Salsa Hans Jebb Gel Skin Cleaner

Cerita Liburan ke Jogja

Solusi Rambut Rontok dalam 14 Hari : Review Natur Hair Tonic Extract Gingseng & Aloe vera