Sulit, tapi ini kan yang kamu doakan?

Akan selalu aku ingat ucapan suamiku pagi ini sebelum berangkat kerja.
"Sabar ya, ini kan yang kita impi-impikan. Kita doakan. Dinikmati aja, insya allah pahala ya sayang. Aku yakin kamu kuat".

Yang kita impi-impikan.
Aku tertampar.

Aku masih ingat bagaimana di bulan bulan awal pernikahan, selalu menangis ketika datang bulan. Sebegitu inginnya aku hamil. Kalau melihat perhitungan kalender, aku menikah disaat masa suburku. Secara logika dan ilmu biologi, harusnya aku langsung hamil. Namun aku baru hamil di bulan ke sebelas kami menikah, disaat aku sudah gak ngoyo ingin langsung hamil. Disana aku sadar ternyata hamil itu bukan perkara siklus ovulasi semata. Hamil itu murni karena kuasa dan izinnya Allah. 

Mungkin Allah juga ingin mengujiku.
Aku pernah merasa kalau diri ini cukup sabar. Aku belum pernah marah, kesal dan emosi sampai harus langsung meluapkan perasaanku pada orang yang bersangkutan. Kebanyakan aku hanya diam dan memendam amarahku, mengabaikannya. Namun, ketika punya anak ternyata emosi yang kurasakan begitu hebat. Apalagi saat anak menangis lamaa sekali, aku mencoba melakukan apapun yang aku bisa untuk meredakannya tapi tak juga reda, perasaan kesal campur bingung muncul. Berujung menangis sendirian. Aku sadar ternyata aku tidak sesabar itu.

Ternyata apa yang kami impi impikan ini tidaklah mudah. Jujur aku merasa lelah, lelah sekali. Fisikku lelah karena jam tidurku yang berantakan. Belum lagi pekerjaan rumah. Padahal suami juga ikut serta membantuku dalam pengasuhan. Belum lagi perkara menyusui yang tidak sederhana. Namun kembali lagi, ini yang kami impikan dan Allah mengabulkannya. Artinya Allah akan memampukan kami jadi orang tua. Walau terkadang merasa aku merasa sangat tidak berdaya, aku merasa jauh dari kata orang tua yang baik namun kami akan terus belajar. 

Buah hati kami pun pasti belajar. Bagaimana ia harus beradaptasi dari rahim ke dunia. Bagaimana ia harus beradaptasi dengan suhu panas dan dingin, rasa haus dan lapar, segala ketidaknyamanan, hal hal baru. Sementara dia hanya bisa 1 bahasa : menangis. Pasti ia juga lelah.

Jadi kami semua akan sama sama belajar dalam peran baru kami. Semoga Engkau mampukan dan lindungi kami selalu.
Kami ingin menjalaninya dengan bahagia dan penuh rasa syukur. Tolong bantu kami Ya Allah🙏

Komentar

  1. Masya Allah tabarokallaahu

    BalasHapus
  2. Mashallah teh ami, makaci ceritanya, jadi makin yakin kalau mrmang sudah takdirnya maka akan segera diberikan kepercayaaan 🫰🏻semangat buat menghadapi hari hari nya yaaa 🥰

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Salsa Hans Jebb Gel Skin Cleaner

Cerita Liburan ke Jogja

Solusi Rambut Rontok dalam 14 Hari : Review Natur Hair Tonic Extract Gingseng & Aloe vera