
Yuk coba intip lemarimu. Ada berapa baju yang sudah tidak kamu pakai sebulan kebelakang? Satu dua atau ternyata banyak? Atau kamu malah masih menyimpan outfit yang masih berlabel, artinya belum kamu pakai sejak dibeli :” Waduh..
Iya kuakui memang susah sih menolak godaan membeli baju baru kalau mau lebaran, beli hijab baru dari teman yang jualan, atau beli celana baru yang lagi diskon pas kamu jalan ke mall. Namun, coba pikirkan lagi sebelum membeli gais apakah kamu benar-benar membutuhkan barang itu? Atau setelah kamu ingat-ingat ternyata celana jeans yang mau kamu beli hampir sama dengan yang ada di rumah. Yap, bertanya pada diri sendiri saat hendak membeli outfit baru sangat efektif untuk menjaga pengeluaranmu pada konsumsi pakaian.
Seperti yang
kita tau industri fashion saat ini berkembang pesat. Selain brand-brand luar
negeri yang sudah sejak lama ada, brand-brand lokal dengan kualitas bersaing
juga menjamur di Indonesia saat ini. Belum lagi dengan harga-harga miring yang
ditawarkan, kita bisa mendapatkan outfit dengan bahan yang cukup nyaman dan
model yang kekinian, siapa yang gak tergoda?
Namun, tahukah
kamu banyak banget sampah baju bekas yang numpuk dan tidak terlorah maupun
termanfaatkan. Apalagi bahan pakaian yang banyak beredar saat ini kebanyakan
memiliki campuran plastic seperti polyester yang mencemari lingkungan.
Untuk itu, kita
perlu bijak dalam pembelian produk fashion. Tidak seperti makanan yang memang
kita butuhkan setiap hari, pakaian merupakan benda yang dapat dipakai berulang.
Berarti dalam pembeliannya pun seharusnya kita bisa lebih mempertimbangkan
frekuensinya. Jangan sampai frekensi beli baju sama saja dngena frekuensi kita
belanja ke mall.
Tentu kita yang
paling tahu berapa banyak kebutuhan outfit kita sehar-hari. Bagi pekerja seni
(artis) yang sering tampil di depan tv, wajar saja jika memiliki kebutuhan akan
outfit yang berbeda dan harus terus diperbaharui. Sementara, untuk kita yang
masih sekolah, kuliah maupun pekerja kantoran tentu yang paling penting adalah
outfit yang nyaman.
Cara untuk mulai
minimalis dari lemari adalah dengan membuat Capsule Wardrobe yaitu memiliki
bebrapa item pakaian saja yang modelnya long lasting seta kualitas kainnya
tinggi sehingga tahan dalam waktu yag lama. Selain itu, kita juga dapat
melakukan thrifting, membeli outfit bekas dengan kualtas yang baik untuk
dipakai dalam kegiatan kita sehari-hari. Selain itu, cara yang dapat dilakukan
untuk mengontol kondisi lemari kita adalah dengan melakukan declutter.
Declutter
berarti memilih barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan kita sukai
saja, kemudian menyingkirkan yang tidak perlu agar lebih bermanfaat. Declutter
dapat digunakan dalam konteks barang apapun. Kali ini kita akan bahas declutter
pakaian.
Tahapan
declutter yang bisa kita lakukan adalah :
-Keluarkan
seluruh pakain yang ada di lemari mu
-Bagi pakaian
tersebut sesuai jenisnya misalnya kemeja, sweater, jeans, celana bahan, kaos,
hijab dll
-Setelah
dikelompokkan, lakukan analisis pada tiap kelompok, item mana yang kita
pertahankan dan mana yang akan kita singkirkan. Dengan mengelompokkan item ini,
kita akan lebih mudah dalam melakukan proses declutter
-Pakaian yang
tidak lagi kita pakai, bila masih dalam keadaan yang bagus dapat kita jual atau
kita sumbangkan pada panti asuhan, korban bencana dan orang yang membutuhkan. Selain mengurangi space
lemari kita agar terlihat lebih luas dan efisien, ini juga sarana kita berbuat
kebaikan pada sesama. Kegiatan ini juga akan menurunkan
keterikatan/ketergantungan kita pada hal-hal yang berbau materiil / barang.
Bila ada
beberapa item yang membingungkan apakah hendak kita simpan atau kita berikan,
pisahkan pada tempat tertentu dan tunggu sekitar 3 bulan. Bila item-item
tersebut tetap disana, berarti memang harus kita relakan.
Proses declutter
ini dapat kita lakukan berkala, 3 bulan sekali untuk mengontrol pakaian yang
kita miliki. Kita juga bisa menerapkan prinsip "1 barang masuk, 1 barang
keluar” untuk menjaga jumlah pakaian kita tetap terkendali.
Gimana gais,
sudah siap declutter ?😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar